Kepemimpinan Transformasional dalam Manajemen Sekolah di Era Digital

 

 

Digitalisasi sekolah di Indonesia terus berkembang seiring upaya pemerintah
meningkatkan kesiapan satuan pendidikan menghadapi era teknologi. Pusdatin Kemendikbudristek pada tahun 2023 mencatat penyaluran 1.383.766 perangkat TIK kepada 70.587 sekolah.
Sebuah langkah besar dalam memperkuat ekosistem digital pendidikan. Namun, keberhasilan digitalisasi tidak hanya bergantung pada ketersediaan perangkat, tetapi terutama
pada kepemimpinan kepala sekolah dalam menggerakkan guru, menumbuhkan budaya inovasi,
dan memastikan teknologi benar-benar digunakan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran.Karena itu, peran kepemimpinan transformasional menjadi sangat penting dalam menjawab tantangan digitalisasi di sekolah.

Tantangan dalam Penerapan Sekolah Digital di Indonesia.Perkembangan digitalisasi sekolah di Indonesia beberapa tahun terakhir semakin pesat
seiring dengan kebijakan pemerintah yang mengarahkan transformasi pendidikan berbasis teknologi. Pusdatin Kemendikbudristek pada tahun 2023 melaporkan bahwa pemerintah telah
menyalurkan 1.383.766 perangkat TIK kepada 70.587 sekolah, yang mencakup laptop, Chromebook, proyektor, akses internet, dan server pembelajaran.

Program ini bertujuan
mendukung implementasi Kurikulum Merdeka dan memperluas pemanfaatan Platform Merdeka Mengajar (PMM). Namun, distribusi perangkat belum sepenuhnya merata karena sebagian besar sekolah penerima berada di wilayah siap pakai, sedangkan sekolah di wilayah 3T masih menghadapi hambatan dasar seperti listrik, jaringan, dan SDM. Menurut laporan Kominfo (2023), indeks literasi digital Indonesia berada pada kategori “sedang” dengan skor 3,54/5, menunjukkan bahwa kemampuan penggunaan teknologi guru dan kepala sekolah masih perlu ditingkatkan.Menurut Pusdatin Kemendikbudristek, angka distribusi perangkat TIK menunjukkan komitmen pemerintah, tetapi fakta di lapangan memperlihatkan kesenjangan antara wilayah kota dan 3T. Keterbatasan kemampuan teknologi guru dan kepala sekolah menjadi tantangan utama. Survei GTK Kemendikbud (2023) menunjukkan bahwa 48% guru masih memerlukan pelatihan dasar TIK, dan banyak yang belum terbiasa menggunakan aplikasi pembelajaran
digital. Penelitian Rahmawati (2023) menekankan bahwa guru yang mendapat bimbingan kepala sekolah berbasis digital menunjukkan peningkatan kompetensi signifikan dibanding yang tidak, menegaskan pentingnya kepemimpinan transformasional dan pelatihan berkelanjutan.

Fasilitas dan infrastruktur yang belum merata juga menghambat digitalisasi. Laporan Bank Dunia (2022)menyebutkan bahwa hanya 52% sekolah memiliki akses internet stabil, mayoritas berada di kota besar, sedangkan sekolah diwilayah 3T masih mengandalkan koneksi satelit berkecepatan rendah. Ditjen PAUD Dikdasmen (2023) mencatat lebih dari 23.000 sekolah berada di wilayah 3T, dan sebagian besar belum memiliki perangkat digital memadai meskipun bantuan pemerintah sudah disalurkan.
Kondisi ini menunjukkan bahwa pemerataan infrastruktur digital masih menjadi pekerjaan rumah besar bagi pemerintah. Peneliti pendidikan menekankan bahwa distribusi TIK
harus disertai peningkatan kompetensi guru agar digitalisasi dapat berjalan efektif.

Prinsip dan Penerapan Kepemimpinan Transformasional Kepemimpinan transformasional di sekolah berperan penting dalam mendukung
digitalisasi. Kepala sekolah diharapkan mampu membangun visi bersama dan memotivasi seluruh guru agar memahami tujuan digitalisasi serta meningkatkan kualitas pembelajaran.
Dengan membangun kesadaran kolektif, guru merasa terlibat dalam proses inovasi dan pengembangan sekolah.
Menurut Bass dan Avolio (1994), kepemimpinan transformasional meningkatkan motivasi dan komitmen pengikut terhadap tujuan organisasi. Dalam konteks sekolah digital,
kepala sekolah yang visioner mendorong guru untuk aktif memanfaatkan PMM dan LMS.

Kepala sekolah juga harus memberi teladan dan inspirasi (idealized influence) dengan aktif menggunakan teknologi dalam kegiatan sehari-hari, menjadi panutan bagi guru dalam
inovasi dan semangat belajar. Dengan cara ini, guru termotivasi meniru perilaku inovatif tersebut.Penelitian Sadewo (2022) menunjukkan bahwa guru yang dipandu kepala sekolah transformasional lebih terbuka mencoba metode baru, termasuk pembelajaran berbasis proyek digital. Kepala sekolah yang menjadi role model digital memudahkan guru mengadopsi
teknologi secara efektif.selain itu, kepala sekolah perlu mendorong kreativitas dan inovasi guru (intellectual stimulation) dengan memberikan ruang bagi guru untuk mencoba metode baru dan
menyampaikan ide. Sedangkan perhatian dan bimbingan individual (individualized consideration) memastikan guru yang kesulitan mendapatkan pelatihan personal sehingga keterampilan digital dapat berkembang merata.

Dampak Kepemimpinan Transformasional terhadap Kinerja Guru
Kepemimpinan transformasional terbukti meningkatkan motivasi dan kepuasan kerja guru. Guru merasa dihargai, didukung, dan dilibatkan dalam pengambilan keputusan, sehingga
lebih semangat bekerja dan berinovasi. Kepemimpinan transformasional juga meningkatkan kemampuan digital guru. Studi Rahmawati (2023) di 12 sekolah di Jawa Timur menemukan bahwa pelatihan digital yang dipandu kepala sekolah menghasilkan peningkatan kompetensi TIK guru 34% dalam setahun.

Selain itu, proses belajar menjadi lebih efektif dan interaktif, terutama melalui platform digital. Laporan Kemendikbudristek (2023) menunjukkan bahwa sekolah yang menerapkan
LMS dengan dukungan kepemimpinan transformasional mengalami peningkatan keterlibatan siswa pada pembelajaran berbasis proyek digital. Hal ini menunjukkan korelasi langsung antara kepemimpinan kepala sekolah dan efektivitas pemanfaatan teknologi dalam pembelajaran.Kepemimpinan transformasional menciptHidayatulla kolaboratif dan inovatif, di mana guru saling berbagi pengalaman dan praktik baik. Penelitian Sadewo (2022)
melaporkan 72% guru merasa lebih terbuka untuk berbagi praktik inovatif saat kepala sekolah mendorong inovasi dan menyediakan ruang diskusi rutin.

Studi Kasus dan Inspirasi
Program Sekolah Penggerak di Jawa Tengah menunjukkan keberhasilan nyata kepemimpinan transformasional dalam mendukung digitalisasi pendidikan. Kepala sekolah tidak hanya menyalurkan perangkat TIK, tetapi terlibat langsung membimbing guru dalam penggunaan platform digital, pelaksanaan asesmen diagnostik, dan pemanfaatan Platform
Merdeka Mengajar (PMM). Dampaknya, kompetensi digital guru dan keterlibatan siswa dalam pembelajaran berbasis proyek meningkat signifikan (BPMP Jawa Tengah, 2023).

Di Jakarta, sebuah sekolah swasta mengembangkan program “Digital Leadership” dengan membentuk komunitas belajar guru, menyelenggarakan pelatihan rutin, dan
memberikan penghargaan bagi inovator digital. Inisiatif ini terbukti efektif karena guru menghasilkan 33% lebih banyak media pembelajaran digital, seperti video interaktif dan modul elektronik (BPMP DKI Jakarta, 2023).
Inspirasi juga dapat diambil dari negara maju seperti Finlandia dan Korea Selatan.

Finlandia menjamin pemerataan infrastruktur melalui jaringan broadband di seluruh sekolah dan mewajibkan guru mengikuti minimal 40 jam pelatihan digital per tahun, menunjukkan
bahwa kompetensi guru merupakan elemen kunci transformasi.
Korea Selatan melalui “Smart Education Initiative” mendorong digitalisasi kurikulum, penggunaan buku teks elektronik, dan pelatihan intensif bagi guru untuk menguasai dua atau
lebih platform digital. Praktik internasional ini memperlihatkan bahwa keberhasilan digitalisasi sekolah memerlukan kombinasi kepemimpinan inovatif, pelatihan berkelanjutan, dan
dukungan infrastruktur yang merata.
Dari berbagai contoh tersebut, dapat dipahami bahwa transformasi digital tidak akan optimal tanpa pendampingan aktif dan budaya kolaboratif di tingkat sekolah. Sebagai solusi inovatif, sekolah dapat mengembangkan laboratorium digital untuk kolaborasi guru, program
shadowing leadership agar kepala sekolah belajar dari institusi yang lebih maju, serta sistem dashboard digital untuk memantau perkembangan kompetensi guru dan efektivitas
pemanfaatan perangkat TIK. Kolaborasi dengan industri teknologi dan pemberdayaan siswa sebagai duta digital juga dapat menjadi strategi yang mempercepat perubahan budaya dan
meningkatkan kualitas praktik digital di sekolah.

Simpulan dan Rekomendasi
Digitalisasi sekolah di Indonesia terus berkembang seiring meningkatnya komitmen pemerintah untuk memperkuat kesiapan satuan pendidikan menghadapi era teknologi.
Penyaluran 1.383.766 perangkat TIK kepada lebih dari 70 ribu sekolah pada tahun 2023 merupakan langkah besar dalam membangun fondasi ekosistem digital pendidikan. Namun,
temuan dari berbagai data menunjukkan bahwa keberhasilan transformasi digital tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan perangkat, melainkan terutama oleh kualitas kepemimpinan kepala sekolah dalam menggerakkan guru,menumbuhkan budaya inovasi, serta memastikan teknologi benar-benar digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran.

Tantangan seperti ketimpangan infrastruktur, rendahnya literasi digital guru, dan kesenjangan antara wilayah perkotaan dan 3T menunjukkan bahwa digitalisasi tidak akan efektif tanpa dukungan kepemimpinan yang mampu memfasilitasi perubahan. Selain itu, penelitian juga memperlihatkan bahwa bimbingan kepala sekolah berbasis teknologi meningkatkan kompetensi TIK guru secara signifikan, menegaskan bahwa kepemimpinan transformasional
merupakan faktor kunci dalam keberhasilan sekolah digital.
Berdasarkan kondisi tersebut, diperlukan rekomendasi strategis untuk memperkuat implementasi digitalisasi pendidikan.

Pertama, peningkatan kapasitas guru harus dilakukan
secara berkelanjutan melalui pelatihan digital terstruktur, pendampingan personal, dan integrasi praktik digital dalam komunitas belajar guru. Kedua, pemanfaatan perangkat TIK
perlu dioptimalkan melalui perencanaan pembelajaran berbasis teknologi, penggunaan platform seperti PMM dan LMS, serta pengembangan media ajar yang relevan dengan kebutuhan siswa. Ketiga, kepala sekolah perlu memperkuat peran kepemimpinan
transformasional dengan membangun visi digital bersama, memberi keteladanan dalam penggunaan teknologi, mendorong kreativitas guru, dan menyediakan ruang eksperimen
pedagogi digital. Keempat, pemerintah dan sekolah perlu bekerja sama memastikan pemerataan infrastruktur, terutama bagi sekolah di wilayah 3T, agar digitalisasi berjalan secara
adil dan berkelanjutan. Sinergi antara kompetensi guru, kultur inovatif sekolah, dan kemampuan kepala sekolah mengelola perubahan akan menjadi faktor penentu keberhasilan
transformasi pendidikan di era digital. Dengan demikian, digitalisasi bukan hanya proses teknis, tetapi sebuah perubahan budaya belajar yang menuntut kolaborasi, kepemimpinan kuat, dan komitmen jangka panjang dari seluruh pemangku kepentingan pendidikan.

Oleh:
Azizah Nur Fitriani
Mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
UIN Syarif Hidayatullah

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *